Sabtu, 23 November 2013

Kopi Luwak Asli



Kopi Luwak Asli Liwa Lampung Barat

Kopi Luwak AKL asli dari biji kopi Robusta yang difermentasi oleh perut luwak. Prosesnya dilakukan ketat secara higienis, Biji kopi dimasak dengan mesin pemasak yang mempunyai pengaturan suhu panasnya sehingga rasa tidak akan berubah.



Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.

Rasa Kopi Luwak AKL yang unik dan aman buat lambung dan kesehatan adalah pilihan tepat bagi anda penikmat kopi. Sekali anda mencoba rasa rindu ingin dan ingin meminumnya kembali.
Kopi Luwak AKL terjamin keasliannya, lebih higienis, aroma harum dan nikmat….
Dapatkan sensasi minum kopi dengan memilih Kopi Luwak Asli AKL di sini,

Produksi :
Ahli Kopi Lampung
Harga :
Rp 250.000 @pcs 250g
Rp. 900.000 @Kg

Jumat, 22 November 2013

Antara Ritual Dan Sosial Bag.1



Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
 Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membeci kamu dialah yang terputus.

Islam Alloh turunkan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW, salah satunya adalah agar menjadi Rakhmat bagi sekalian alam. Dengan kata lain, Islam bukan hanya diturunkan agar manusia kembali pada tauhid yang benar semata, yaitu secara vertical menyembah kepadaNYa, namun juga membawa atau menjadi Rakhmat bagi alam sekitar manusia.  Orang yang telah kembali kepada Islam, kepada Tauhid yang benar, adalah orang yang betul-btul hanya menyembah dan beribadah kepada Alloh serta keberadaannya menjadi rakhmat bagi lingkungan sekitarnya.
Penulis mencoba mengajak kita bersama-sama merenungkan sejauh mana ke-Islaman kita membawa rakhmat bagi alam ini. Berbicara alam mungkin terlalu luas, maka mari kita sempitkan lagi salah satu bagian dari ala mini yaitu  kita manusia, yang secara garis besar ada dua golongan besar yaitu Muslim dan non muslim. Sejauh mana Islam menjadi Rakhmat bagi sesame manusia?  Kalau berbicara non muslim, mereka mayoritas, masing-masing memiliki system sendiri, maka yang sangat urgen untuk kita cek ulang adalah  sejauh mana orang Islam menjadi rakhmat bagi sesame orang Islam?
Inti dari pembicaraan kita adalah Sejauh mana keislaman kita, ibdah yang kita lakukan berdampak secara secara vertical dan horizontal, dampak secara ritual dan social, dampak secara ketuhanan dan kemanusiaan. Bahkan ketika manusia akan kembali ata memeluk Islam ang tadinya kafir, Alloh SWT memerintahkan kepada yang bersangkutan untuk mengakui dua hal yaiu :
1.    Secara vertical mengakui keEsaan Alloh, sebagai satu-satunya rob baginya
2.    Secara social atau horizontal, adalah mengakui manusia, yaitu Nabi Muhammad sebagai u5usanNya.

Hampir dalam setiap perintah Ibadah selalu terkandung atau terkait dengan masalah social dan ritual, sebagai salah satu contoh ketika Alloh memerintahkan sholat dan berkurban,seperti dalam surat ke 108 dalam Al-qur’an yaitu Al-kautsar ayat 1 sampai 3,  

 Dalam Surat ini Allah SWT berfirman kepada nabi-Nya, Muhammad SAW, sekaligus  mengingatkan tentang nikmat yang telah diberikan kepadanya:  Dalam  at-Tafsiir al-Yasiir karya Syaikh Yusuf bin Muhammad al-Owaid, menerangkan tentang makna dan kandungan surat ini bahwa setelah menyebutkan nikmat-Nyya yang diberikanNya, Dia SWT memerintahkannya untuk mensyukuri nikmat itu dengan menjadikan shalat dan sembelihannya haya untuk Allah SWT, tidak seperti orang-orang musyrik yang bersujud dan menyembelih (binatang) untuk selain Allah, seperti patung, para wali dan lain sebagainya.
Dua macam ibadah ini secara khusus disebut karena keduanya merupakan ibadah yang paling utama dan yang paling mulia. Shalat mengandung ketundukan kepada Allah SWT, di hati dan di anggota badan. Sedangkan menyembelih adalah bentuk pendekatan diri kepada Allah dengan harta berharga yang dimiliki manusia, yaitu onta, sapi dan kambing, padahal jiwa manusia itu secara kodrati amat mencintai harta.  
Secara ritual atau vertical sholat merupakan penghambaan kepada Alloh secara secra langsung yang melibatkan hati, lisan dan fisik melalui gerakan yang telah ditentukanNya. Namun sholat juga harus memiliki dampak secara social walau secara kasat mata memang tidak ada satu bagian pun dari ritual shalat yang menyentuh sisi-sisi kemanusiaan. Namun dalam beberapa ayat yang bila kita lihat dan teliti lebih mendalam ayat yang menjelaskan perintah Allah   untuk menunaikan ibadah shalat dapat diketahui bahwa shalat memang berhubungan  dengan aspek hubungan social. Ayat yang menyinggung tentang shalat antara lain terdapat pada surat Al-Ankabut ayat 45:
 “Sesungguhnya shalat itu mencegah daripada perbuataan keji dan mungkar.”
Bahwa efek yang dihasilkan dari pelaksanaan shalat ialah perbaikan dalam kehidupan sosial orang yang shalat itu. Ia akan senantiasa berusaha berbuat baik kepada orang lain dan berusaha menghindari perbuatan buruk. Lalu pada surat Al-Ma’un, Allah berfirman:


“Apakah kamu melihat orang-orang yang mendustakan agama? Mereka itulah orang-orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkaan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang yang shalat. Yaitu mereka yang lalai terhadap shalatnya. Dan mereka berbuat riya’. Dan melarang (memberi) barang yang berguna.”

Qurban selain merupakan perwujudan rasa syukur dengan mengorbankan hartanya juga merupakan perwujudan rasa solidaritas social kepada orang lain yang membutuhkannya, dengan mengurbankan apa yang ia miliki untu dinikmati oleh oaring lain. Maka berqurban sangat penting memperhatikan pendistribusiannya, apakah tepat sasaran atau sebaliknya, karena qurban bukan pesta sembelihan binatang layaknya umat lain. Terkadang mereka yang sebenarnya setiap hari mampu membeli dan memakan daging justru mendpat jatah jauh lebih bayak dari mereka yang hanya memakan daging hanya saat hari raya saja.