Selasa, 17 September 2019

Temboro


 Temboro 

Abu Ilham Muhammad

  Temboro adalah nama desa di wilayah Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Di desa ini terdapat sebuah pondok pesantren yang bernama Pondok Pesantren Al Fatah. Pola pembangunan di desa ini lebih didominasi oleh pertanian pangan yaitu palawija dan tebu.
Letak geografis desa Temboro,:
Ø  wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Jungke, dan Desa Karas.
Ø  sebelah timur berbatasan dengan Desa Temenggungan, Desa Winong, dan Desa Kembangan.
Ø  sebelah selatan berbatasan denag Desa Kedungguwo.
Ø  sebelah barat berbatasan dengan desa Taji.
Seluruh penduduk Desa Temboro100% penganut agama Islam yang sangat religius, ini tak lepas karena di Desa Temboro ada Pondok Pesantren Al Fatah.
 Pondok Pesantren Al Fatah sangat aktif berdakwah untuk mensiarkan agama Islam, tidak hanya di sekitar desa tapi keseluruh pelosok Indonesia, bahkan ke luar negeri. Pada tanggal 4-6 Agustus 2017 Pondok Pesantren Al Fatah mengadakan Musyawarah Nasional yang diikuti sekitar 300.000 ulama dan santri seluruh Indonesia, juga perwakilan dari Luar negeri.


http://imgcdn.rri.co.id/thumbs/berita_531069_800x600_3._Perempatan_Temboro_.jpg



http://rri.co.id/madiun/post/berita/531069/pendidikan/di_ponpes_al_fatah_temboro_30_juz_al_quran_dikhatamkan_dalam_20_rakaat_tarawih_plus_3_rakaat_witir.html

Desa ini  memang layak menyandang sebutan kampung Madinah. Desa kecil dengan luas hanya 259 hektar ini memiliki empat  Pondok Pesantren dengan jumlah santri yang luar biasa, mencapai lebih dari 17 ribu.
"Dari empat Pondok Pesantren di desa kami, terdapat 17 ribu lebih santrinya. Jumlah itu baik santri lokal dan manca negara juga banyak ribuan," jelas Sekretaris desa Temboro Muhamad Safi' kepada detikcom, Sabtu (19/5).
 Kehidupan sehari-hari di ponpes dengan warga sekitarnya, telah bersinergi dan harmoni selama bertahun-tahun, bahkan sejak ponpes tersebut berdiri.
Ponpes Al Fatah dibangun pada 1950-an. Ponpes yang saat ini telah memiliki puluhan ribu santri tersebut, awalnya masjid dan tempat belajar mengaji yang didirikan Kiai Haji Mahmud.
Seiring dengan perkembangan waktu, Ponpes Al Fatah memiliki Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Tahfidzul Quran, dan Madrasah Diniyah.
Ponpes Al Fatah mulai mengalami perkembangan pesat sekitar 2000-an di bawah pimpinan K.H. Uzairon Hayfur Abdillah yang merupakan putra K.H. Mahmud.
Saat ini, bangunan ponpes telah menyebar di tiga lokasi yang mendominasi wilayah Desa Temboro, yakni Pondok Pusat, Pondok Utara, dan Trangkil Darussalaam yang sebagian besar merupakan pondok putri.
Sebanyak 50 persen lebih warga di Kampung Madinah pendatang, sisanya warga asli Desa Temboro.
Para pendatang merupakan santriwan dan santriwati berasal dari berbagai wilayah di Indonesia serta 16 negara yang sedang menuntut ilmu di Ponpes Al Fatah. Selain itu, warga luar Temboro yang membuka usaha dagang di wilayah tersebut.
"Sampai dengan saat ini, jumlah santri yang belajar di Ponpes Al Fatah mencapai 22.000 lebih. Itu belum termasuk santri yang belajar kilat selama beberapa hari saja atau bulan. Tahun ajaran baru ini saja, Ponpes Al Fatah menerima 4.000 santri baru," kata dia.
Aktivitas keseharian pondok telah memberikan lapangan pekerjaan bagi warga desa sekitar yang dahulu hanya mengandalkan pertanian. Perputaran uang di Kampung Madinah tersebut ditaksir bisa mencapai puluhan miliaran rupiah setiap bulan.



 https://news.detik.com/berita/4029017/ada-kampung-madinah-di-magetan

Warga desa, terutama kaum ibu, banyak yang menjual makanan olahan sendiri untuk disetorkan ke koperasi pondok, mulai dari nasi bungkus hingga jajanan gorengan untuk keperluan para santri.
"Semua kebutuhan santri dipenuhi dengan membeli keperluan di koperasi pondok. Hal itu karena santri dilarang keluar kecuali ada alasan genting, seperti sakit. Koperasi pondok tentunya mendapatkan pasokan dari warga sekitarnya," kata Lukman.
Warga setempat dari kalangan laki-laki menyediakan jasa transportasi berupa becak motor. Sesuai kesepakatan dengan pondok, tarif becak motor Rp5.000 per kepala untuk jarak jauh maupun dekat.
"Jadi kalau mengangkut dua orang, bayarnya Rp10.000. Ngitungnya per orang, bukan per becak," katanya.
Selain memasok makanan dan jasa becak motor, banyak juga warga sekitar dan pendatang membuka toko atau kios guna menjual semua barang keperluan santri, mulai dari toko baju gamis, baju muslim, dan keperluan belajar santri.
Baju-baju muslim perempuan yang dijual di toko-toko setempat kebanyakan dibuat sendiri oleh pemilik tokonya. Proses pembuatan baju muslim tersebut melibatkan ibu-ibu warga desa dalam hal memasang manik-manik baju ataupun menjahit untuk kemudian disetor ke toko.
Paling ramai jika tiba agenda pertemuan wali santri. Biasanya digelar setiap Syawal pada tanggal 20-an. Dalam kegiatan itu, ponpes mengundang seluruh wali santri untuk bersilaturahim sekaligus membacakan laporan tentang kegiatan ponpes, mulai dari laporan keuangan, kegiatan santri, hingga pembangunan pondok.
Erwin, salah satu pedagang baju gamis di wilayah setempat, mengaku mendapatkan pendapatan yang besar saat pertemuan wali santri.
Dia memasok baju gamis lebih banyak saat kegiatan itu yang didatangkannya dari Surabaya dan Jakarta untuk dijual.
"Ramai sekali kalau pas wali muridan. Ini pertemuannya se-Asia Tenggara. Banyak santrinya. Tahun kemarin pendapatan bisa Rp150 juta selama kegiatan," katanya.

Ali, salah satu penarik becak motor, mengaku per hari omzetnya bisa mencapai Rp1,5 juta saat pertemuan wali santri. Adapun pertemuan wali santri biasa digelar selama 10 hari, sedangkan seminggu sebelum acara itu, para wali santri dan santrinya sudah berdatangan.
  Pengajian biasanya digelar setiap Kamis malam setelah Maghrib. Setelah shlat Isya, banyak warga yang melakukan taklim dan zikir.
Saat Bulan Suci Ramadhan, banyak warga desa menjual makanan takjil untuk berbuka puasa para santri dan warga pendatang. Jalanan di Kampung Madinah menjelang jam berbuka puasa menjadi padat karena semua warga berbaur.
Saat Idul Adha, para santri dan warga juga melaksanakan takbir sambil berkeliling Kampung Madinah.
Pemotongan hewan kurban juga dilakukan bersama di sejumlah masjid pondok dan kampung. Pembagian daging kurban juga menyasar warga, terlebih mereka yang kurang mampu.
Ponpes Al Fatah juga biasa menggelar pengajian akbar saat memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Kegiatan tersebut juga melibatkan warga sekitar pondok.
Hingga kini, jumlah santri yang menuntut ilmu di Ponpes Al Fatah mencapai lebih dari 22.000 orang.
Dari jumlah tersebut, sekitar 980 santri berasal dari luar negeri, yang kebanyakan dari negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand.

Sumber : wikipedia, kompas.com, kopasiana.com, detiknews.com dan berbagai sumber lain